Keputihan sering dialami remaja putri yang memasuki pubertas, pengetahuan dan praktik vulva hygiene dapat mempengaruhi kejadian fluor albus. Keputihan tidak selalu memerlukan pengobatan namun, kurangnya pemahaman mengenai keputihan dan penyebabnya dapat meningkatkan risiko terkena Infeksi Menular Seksual. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif analytic correlation dan pendekatan cross sectional, melibatkan 110 siswi kelas VII yang dipilih menggunakan teknik proporsional stratified random sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuisioner yang sudah di uji validitas. Sebanyak 58 siswi (52,7%) memiliki pengetahuan vulva hygiene cukup, 61 siswi (55,5)% memiliki praktik vulva hygiene baik dan 69 siswi (62,7%) mengalami keputihan normal. Analisa uji rank spearman tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian flour albus didapatkan hasil, ρ-value = 0,002 (< α 0,05) yang artinya terdapat hubungan, dengan nilai r = 0,289 kekuatan rendah arah positif yang artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan vulva hygiene maka, semakin tinggi kejadian flour albus fisiologis (normal). Analisa uji rank spearman praktik vulva hygiene dengan kejadian flour albus didapatkan hasil, ρ-value = 0,002 (< α 0,05) yang artinya terdapat hubungan, dengan nilai r = 0,293 kekuatan rendah arah positif yang artinya semakin tinggi tingkat praktik vulva hygiene maka, semakin tinggi kejadian flour albus fisiologis (normal). Flour albus pada remaja putri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga diperlukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi parameter faktor yang mempengaruhi flour albus.